Bukan Sekedar Hijrah

Oleh: Cahaya

Merangkak menuju cahaya takdir baik, yang berada dibalik gelapnya hidup bukan hal yang mudah untuk dilakukan oleh seorang insan yang belum paham akan kesucian hati yang sebenarnnya, hanya akan membuat gelisah dan akhirnya akan terjerumus kedalam perangkap dunia. Tak cukup hanya dengan berdoa, ikhtiar yang maksimal perlu di jalankan karena “sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sebelum kaum itu sendiri merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S. Ar-Ra’d 13:11).

Dibalik tirai takdir tersimpan rahasia kehidupan yang akan datang, bukan hanya sekedar menikmati hidup namun hidup adalah perjuangan, hidup adalah ibadah. Manusia di ciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Indahnya kehidupan di dunia merupakan bonus dari Allah untuk manusia yang bertaqwa. Rasa sayang Allah SWT tidak dapat di ukur oleh apapun dan tidak akan hilang sampai kapanpun. Yakinlah tidak ada kata terlambat untuk mengubah diri menjadi baik. Manusia penuh akan dosa, namun Allah SWT menyembunyikan aib hamba-Nya dengan rapi. Maka tidak perlu ditanyakan lagi mengapa harus bersyukur?

Ku usap tangisku dalam lelapnya tidur, gelapnya malam, semilirnya angin, dan sakitnya hati. Bukan aku cengeng hingga air mata ini turun namun aku wanita yang pada dasarnya perasa dan hatinya lembut. Hati ini mudah sekali tergores namun tidak mudah hancur. Kehadirannya yang berawal membawa diriku terbang kini berkhir dengan menjatuhkan ku ke tanah. Jika hadir di hidupku hanya untuk menyakiti mengapa harus manis. Goresan yang kau buat di hati cukup dalam hingga aku sulit menutupnya. Perlu kau ketahui memang aku bukanlah yang terbaik untukmu namun rasa yang aku berikan adalah yang terbaik dari yang terbaik. Usaha yang ku lakukan selama ini sia- sia, mungkin saja kau anggap angin lalu tanpa kau hargai adanya.

Malam ini sungguh malam yang menyedihkan bagi seorang remaja yang putus cinta, ya itu Ranti yang memilih untuk mengakhiri hubungnnya dengan seorang laki- laki sebayanya. Namun rasa sayangnya masih cukup besar belum bergeser sedikitpun dari pertama bertemu. Ia merasa bahwa Anwar pasangannya tak bisa ia pertahankan karena kini seorang wanita lain sedang dekat dengannya. Pikirannya seolah tidak ingin mendengarkan penjelasan kekasihnya, yang hanya ia rasakan adalah sakit yang luar biasa ketika mengetahui mereka jalan berdua tanpa memikirkan perasaanya.

“apa salah ku hingga aku bukan lagi menjadi prioritas mu? Apa itu karena aku tak bisa seperti orang lain yang bisa jalan dengan mu kapanpun kau mau? Beda dengan ku yang bisa menemani mu hanya sebatas pekerjaan sekolah, namun tak bisakah kau mengerti aku ingin tapi aku tak bisa. Aku yang setia dari dulu dengan mu, mendengar curhatan mu, mendengarkan masalah mu, memberikan solusi untuk mu, menyemangati mu dan ada di saat kamu duka. Ahhhh mungkin hanya aku saja yang terlalu berharap akan hati mu. Ya sudahlah mungkin ini takdir kita untuk berpisah setelah pertemuan manis kala itu”. Isi hati Ranti yang kini telah terluka

Malam- malam dirasakan penuh kepiluan dan kesedihan mendalam, walaupun begitu hatinya tetap tak dapat membencinya, kesakitannya selalu di sembunyikan dalam doa di setiap shalatnya. Hatinya  bagaikan sekuat besi namun kenyataanya serapuh kaca. Ketika dia laki- laki yang telah menyakitinya membutuhkan bantuan tak disangka- sangka Ranti membantunya, dengan tak mengharapkan balasan yang berarti. Pikirnya bagaimana pun sikapnya sekarang, Anwar telah baik padanya.

Pagi yang cerah kali ini suara ayam yang berkokok pun terdengar merdu membangunkan ranti dari malam yang menyedihkan. Kini hatinya mulai berangsur membaik menerima kenyataan. Hubungan silaturahmi antara Ranti dan Anwar pun tidak terputus  karena kejadian yang sebenarnya hanya kesalah pahaman semata. Hidupnya sudah berubah tidak ada kata pacaran lagi baginya kini, Anwar dianggapnya sebagai teman sekaligus sahabat begitu pun sebaliknya. Pada dasarnya dalam pandangan Islam tidak ada kata pacaran atau semacannya. Jika memang benar mencintai dan menyayangi lakukanlah dalam diam dan lantunkanlah dalam doa.

Ranti terlihat kikuk dalam rebahannya tak ingin baginya untuk bergerak dari ranjang nya dan bergegas bangun. Gravitasi kasur membuatnya sangat enggan keluar dari zona nyamannya. Namun ketika wajah eloknya mengarah pada jam dinding yang menunjukan tepat pukul 06.00. Betapa terkejutnya ia, Ranti bergegas bangun dari tempat tidurnya.

“Ya Allah hamba macam apa aku ini lalai dalam sholat, tidak bergegas ketika panggilan sholat. Ampuni aku ya Allah aku telat melaksanakan sholat subuh”. Ranti lari terbirit- birit untuk berwudhu dan melaksanakan sholat.

“Ranti……. Ranti…………turun ke bawah ibu sudah memasak makanan kesukaanmu, apa kamu tidak mencium bau yang wangi ini, nasi kuning goreng special buatan ibu lohh”. Ibu Ranti berteriak memanggil – manggil namanya.

Beberapa menit kemudian Ranti turun dengan berlarian mengharap perutnya segera terisi oleh makanan yang lezat dan menggairah. Wajahnya dihiasi senyuman bahagia ketika meja makan tersaji makanan favoritnya. Rasanya ia ingin sekali duduk manis dan menyantap dengan lahap.

“Ranti kamu baru turun ayo makan bersama- sama, ibu sudah sediakan sarapan kesukaan mu”.

Tidak menunggu lama lagi, kursi ditariknya dan duduk manis bergabung dengan anggota keluarganya yang lain. Sorotan matanya mengarah pada laki- laki yang sangat ia sayangi yakni ayah, dengan penuh harap Ranti ingin ayahnya segera memimpin doa dan makan bersama.

“Sebelum sarapan mari kita membaca doa dalam hati masing- masing, baca doa di mulai.”sepertinya sang ayah tahu akan isi hati Ranti

Sungguh keluarga yang bahagia, keharmonisan antara anggota keluarga sangat kuat. Saling menghargai, mengerti, dan memaafkan adalah kunci hidup bahagia. Pertikaian memang ada namun dapat terselesaikan secara baik- baik. Pemimpin yang bijak dalam keluarga membuat kenyamanan dalam rumah begitu besar.

“Anak- anak ku apakah kalian tahu hari  ini  itu ada yang special loh?” Ayahnya membuka pembicaraan setelah sarapan selesai.

“Apa ayah kami tidak tahu?” seluruh anaknya menggelengkan kepala bersamaan.

“Hari ini tanggal 10 syaban bagi umat Islam diperingati sebagai malam Nisfu Syaban. Salah satu malam dari sekian malam utama yang di tunggu- tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia”.

“Iyaa ayah kami baru sadar jika malam ini adalah malam nisfu syaban, dan tak lama lagi bulan penuh berkah akan tiba. Ayah Alhamdulillah umur kita sampai pada ramadhan tahun ini ayah aku senang sekali”, Ranti berkata.

“Syukur Alhamdulillah Allah SWT. memberikan kita umur yang panjang dan nikmat yang tiada terkira. Jangan lupa bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada kita sebagai hambanya.”

“Siap Ayah “ semua anggota keluarga menjawab sertentak.

Ramadhan penuh berkah, bulan yang sangat dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia, kenikmatan yang sangat luar biasa dikala berbuka. Merasakan apa yang orang lain rasakan ketika berpuasa. Membiasakan bangun di 1/3 malam dikala sahur. Sungguh bulan yang penuh amalan dan pengampunan.

Ramadhan bulan penuh berkah dan bulan yang mulia, bulan ramadhan bulan di turunkannya Al-Qur’an, bulan ramadhan bulan dimana amal sholeh dilipat gandakan, bulan ramadhan bulan pengampunan dosa dan dikabulkannya setiap do’a. Di bulan ramadhan rasa kebersamaan antar tetangga terasa erat. Saling mengirimkan makanan untuk menu buka, saling mengajak untuk menunaikan ibadah yang fardhu maupun yang sunah. Masjid- masjid mulai penuh ketika siang dan malam. Tadarus Al-Qur’an kegiatan wajib di bulan ramadhan.

Gema ramadhan terasa begitu kental, tak disangka laki- laki yang masih menetap di hati Ranti datang memohon maaf kepada Ranti dan keluarganya atas kesalah pahaman yang menyebabkan hati Ranti terluka.  Dia berjanji tidak akan membuat hati Ranti menangis atas kesalahannya, dan sekarang Anwar meminta agar dia bisa menjadi temannya. Tentu Ranti menerimanya dan keluarganya pun begitu, bahkan ayahnya mengajak Anwar untuk mengatur acara buka bersama di masjid dekat rumah Ranti.

“Anwar jika kau ingin berteman dengan anak ayah yang tercinta ini, bisakah nak Anwar membantu saya dalam mengatur acara buka bersama di masjid Al-Ikhlas”. Ayah Ranti bertanya

“Tentu dengan senang hati saya akan membantu bapak, saya sangat ingin membantu dan berbagi kepada orang yang membutuhkan, acara buka bersama ini sungguh acara yang sangat bagus, bukan hanya orang berda yang dapat menikmati makanan yang bergizi, namun orang yang tidak punya juga dapat merasakannya” dengan penuh hormat Anwar menjawab.

“Betul sekali nak Anwar, mari kita bicarakan sekarang, nak Anwar bapak butuh nak Anwar untuk mengundang warga agar dapat berpartisipasi dan menyumbangkan sedikit kelebihan makanannya bagi yang membutuhkan. Biar persoalnan ibu- ibu itu urusan Ranti dan mamanya, mari kita mulai dengan mendatangi warga”.

Anwar dan Ayahnya Ranti mulai mengetuk dari satu pintu ke pintu yang lain untuk pendapatkan partisipan acara buka puasa sore nanti. Alhamdulillah segala puji dan syukur bagi Allah, semua warga ikut berpartisipasi, tak lupa mengundang anak yatim dan orang yang tidak mampu agar datang untuk berbuka puasa bersama di masjid Al- ikhlas. Ibu- ibu mulai sibuk mengupas sayuran, mencuci ayam, mempersiapkan bumbu masak dan lain- lain. Senyum yang sumeringah terlukis di wajah Ranti, bak hatinya telah lahir kembali. Anwar sibuk bercanda dengan Ayahnya Ranti.

Lembayung kemerahan mulai muncul di permukaan bumi seakan pembuka keberkahan bulan suci ramadhan. Mata warga seakan terpesona degan keindahan langit, di temani dengan goyangnya rumput- rumput, dan gugurnya daun- daun yang menguning.

“Alhamdulilah sebentar lagi memasuki waktu maghrib mari bergegas menyiapkan makannya, simpan makanan dengan rapih dan berjajar. Allah SWT telah memberikan kita nikmat yang sangat indah hari ini, hari pertama di bulan ramadhan. Rasa kekeluargaan ini saya harap dapat berlangsung dikeesokan harinya.” Ayah Ranti tersenyum tipis, semua warga serentak menganggukan kepala seolah setuju dengan pendapatnya.

Adzan pun dikumandangkan semua warga bersorak bahagia menyambut keberkahan yang Allah berikan kepada hamba- hambanya. Ranti tersenyum malu- malu melihat Anwar yang tersenyum padanya. Mereka berdua kembali menjadi dua insan yang baru berkenalan.

“Anwar terima kasih atas bantuan mu hari ini mungkin tanpa bantuan mu Acara ini tidak akan sesukses dan seramai ini”. Ucap Ranti dengan rona merah di pipi.

“Tidak perlu berterimakasih kewajiban kita adalah membantu dan bila kita sanggup membantu mengapa tidak? Bukan kah begitu, aku minta maaf atas kesalahanku waktu itu Ranti”, jawabnya.

“Tak apa Anwar aku sudah memaafkanmu”.

Orang tua Ranti hanya tersenyum senang melihat mereka berdua kembali rukun dan saling memaafkan satu dengan yang lainnya. Ramadhan yang sangat berkesan, sungguh Allah memberi nikmat hamba-Nya tiada tara seperti dalam surat Ar- Rahman “Maka nikmat  Allah manakah yang kmu dustakan?”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *