Oleh: Muhammad Bayu Purnama
Kisah empat bocah yang selalu berbuat onar. Sekolah berdering kuat, menandakan bahwa sekolah bentar lagi bubar. Dino, Litya, Frans, dan Angel berlari-lari dengan kencang. Sekolah sudah berakhir sekarang. Bergegas tancap gas dengan motor yang ugal-ugalan.
“Bruak!!!” Suara lantang itu tergema kuat.
“Litya!!!” jerit Dino sangat kuat.
Litya bersimbah darah dan tak sadarkan diri. Rumah sakit mengguncang susana keempat sahabat itu. Baju yang tadinya putih kini kotor dan robek. Rambut yang tadinya bersih dan rapi, kini berantakan. Dengan penuh sesal karena sudah ugal-ugalan mereka akhirnya berdiam diri dengan isak tangis untuk Litya yang baru saja mengalami musibah.
Tampak orang tua Litya datang dengan terburu-buru. Melihat anaknya yang tak sadarkan diri diruang ICU. Kedua orang tua Litya terisak tangis sekuat-kuatnya. Berjam-jam waktu usai, terlihat dokter keluar dari ruangan. Spontan panik ketika mereka mendengar dan mendapat kabar buruk. Bahwa Litya sudah meninggal dunia karena kehabisan darah. Kepalanya terbentur dengan sangat kuat sehingga tidak bisa diselamatkan lagi.
3 Bulan kemudian..
Besok adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu, yaitu memasuki bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh berkah dan berlimpah pahala. Dino, Frans, dan Angel berdiri tegak di depan pemakaman Litya yang baru saja mereka taburkan bunga. Isak tangis itu muncul lagi dari mata Dino, Frans, dan Angel.
“Litya, kini tinggal kami bertiga saja” ucap Dino membelai nisan Litya yang berdiri tegak dengan tulisan.
Penyesalan tiada arti, sekarang ketiga sahabat itu pergi dan perlahan meninggalkan peristirahatan terakhir Litya. Muka yang masih terlihat sedih itu kemudian direnungkan bersama. Dino, Frans, dan Angel menyesal waktu itu menjadi anak-anak yang nakal.
“Andai waktu dapat diulang, kita pasti bersama Litya” ucap Angel terus mengisakkan tangisnya dihadapan teman-temannya.
“Sekarang sudah terjadi, tidak ada lagi waktu yang bisa kita setting” sambung Frans dengan nada kuat.
“Tidak usah marah Frans, biasa saja. Sekarang kita fikirkan bagaimana persahabatan kita tanpa Litya. Kita harus terbiasa tanpanya. Lupakan yang sudah berlalu” tegas Dino menegakkan fikiran mereka yang masih terlibat penyesalan.
Kini bulan suci sudah tinggal hitungan jam. Mereka mempersiapkan diri untuk menjadi yang lebih baik. Tapi tidak dengan Frans pada malam ini yang diam-diam bergegas pergi ke cafe dengan wanita-wanita malamnya. Sedangkan Angel yang mempersiapkan dirinya untuk shalat tarawih sekarang memakai telekungnya . Dia bergegas menuju masjid yang berkumandang. Dino juga yang berpasan dengan Angel berjalan bersebelahan menuju kemasjid.
“Frans Dimana ngel?” tanya Dino yang heran dan mencari sahabatnya yang tidak hadir untuk shalat.
“Tidak tahu, katanya dia mau pergi tapi tidak tahu kemana” balas Angel dengan nada lembut.
“Yasudah mungkin dia ada kepentingan lain” ucap Angel yang menepuk pundak Dino.
“Kita bukan mukhrim Angel, jangan sentuh-sentuh dong” balas Dino dengan tertawaan kecilnya.
“Sekarang kan sudah masuk awal Ramadhan. Kita harus menjaga diri kita untuk tidak melanggar apapun perbuatan dosa”
“Iya maaf Dino. Kebablasan aku” ucap Angel tersenyum kecil.
Setelah usai shalat tarawih tampak Frans berjalan menghampiri Dino dan Angel. Frans membawa sebotol minuman. Mukanya terliat cekung layu. Matanya kekuningan dan sedikit kemerah-merahan. Pria berkulit hitam itu kemudian menarik tangan sahabat-sahabatnya untuk ikut menikmati kesenangannya.
“Frans” Dino berusaha menghentikan Frans yang terus menarik tangan mereka untuk naik ke mobil.
“Ayo ikut aku. Seru-seruan kita”
“Seharusnya kamu tu taubat Frans. Ini bulan suci Ramadhan. Besok kita sudah memulainya. Jangan menghasut kami untuk menjadi sepertimu yang tidak ingin berubah menjadi lebih baik” Jelas Angel yang menurut Frans sok-sok`an menasehatinya.
“Kamu siapa ? melarangku. Orang tuaku saja tidak menghentikan aku” balas Frans tertawa dan sedikit lunglai dalam injakannya.
Frans Adalah anak dari paman Ling dan Ibu sumiati. Kedua orang tuanya sering bertengkar hebat. Hingga Frans sering mengalami depresi. Kini dirinya menganggap bahwa dia hanya anak Broken Home yang sudah tidak dipedulikan.
“Ngel tidak usah nasehati aku. Aku ini lagi menikmatinya indahnya dunia. Lagian kalian bertaubat dan menjadi lebih baik di bulan Ramadhan saja ? apakah setelah bulan ini usai kalian nakal dan kembali seperti dulu ?” ucap Frans sedikit menyenggol hati Dino dan Angel yang semakin terbawa amarah.
“Maksud kamu apa ?” tanya Dino sembari ingin menonjok muka Frans yang sudah mengeskpresikan dengan kedipan matanya.
“Stop DINO” Angel menghentikan tangan Dino yang sudah keras mengepal tangannya.
“Sabar” ucap Angel.
“Pergi sana, kalau untuk mengacaukan jalan amal kami” bentak Angel dengan lantang.
“Tuarrr!!!”
Tampar Frans yang mendarat tepat di pipi Angel.
Angel perlahan terisak tangis dengan air mata yang terus mengalir.
“Apa maksudmu Frans” bentak Dino sangat marah. Dino manrik-narik bajunya dengan emosi.
Angel yang sangat kecewa bergegas berlari pulang. Dino mengejarnya dan meninggalkan Frans yang sedikit tunduk dengan penyesalan. Pada malam ini kejadian berujung keruh. Ketiga sahabat itu seperti dalam dilema persahabatannya yang mulai pudar. Keesokan harinya…
Ketiga sahabat itu sudah berpencar layaknya gelas pecah. Mukanya berhamburan, sibuk dengan dirinya masing-masing. Tidak saling menegur dan menyapa satu dengan lainnya. Dino sibuk dengan kegiatan ekskul pramukanya. Angel sibuk dengan ekskul narinya, dan Frans sibuk dengan urusan motornya yang bolak-balik masuk bengkel. Mereka tak menyadari bahwa tidak baik jika kita mendiamkan sesama umat muslim seperti sekarang ini. Tidak baik dalam agama, maupun tali silaturahmi yang sudah mereka bangun selama 2 tahun terakhir ini. Justru ini adalah bulan dimana tidak ada permusuhan dan pertengkaran. Tapi keadaan membuat mereka menahankan keegoannya masing-masing. Hingga prmusuhan itu semakin berlarut-larut untuk ketiga sahabat itu.
Tampak Angel sedang keluar dari ruang tari. Dino memanggilnya dengan penuh teriakan. Angel membuang mukanya dan bergegas menghindari Dino.
“Ngel” teriak Dino.
“Ngel ada apa? Aku ada salah? Bukannya aku sudah membela kamu pada malam itu” ucpa Dino berusaha menjelaskan.
“Kamu tidak salah. Aku Cuma ingin sendiri dan lebih baik aku menghindari kalian saja” balas Angel berjalan dengan tergesa-gesa.
“Ngel kita sahabatan sudah berapa lama. Jangan dihancurin ngel” lantang Dino sembari berlari mengejar Angel.
“Aku tidak mau bahas lagi Din, sudahlah jangan paksa aku” jawab Angel yang benar-benar tidak mau untuk menjalin persahabatan lagi.
“Ini bulan suci Ramadha ngel, bukannya kita saling memaafkan ?”
“Lebaran baru maaf-maafan itupun belum tentu” ucap Angel berontak dan cuek.
Setibanya suasana pecah, Frans datang bersama Pak Ustadz. Dino dan Angel berusaha menghindari, tetapi Pak Ustadz mencegahnya.
“Tunggu”
“Astagfirullahalazim, ada apa dengan kalian. Jangan begini kalian tidak menyadari bahwa ini bulan penuh berkah” ucap Pak Ustaz dengan menggelengkan kepalanya berulang-ulang.
“Maaf Pak Ustadz” jawab Angel merundukkan kepalanya.
“Kamu mau apa lagi Frans?” tanya Dino dengan nada tinggi.
Seketika Frans ingin menjawab, Pak Ustadz menghentikan dan langsung memotong pembicaraan Frans.
“Kalian ini ketiga sahabat. Jangan membuat suasana bulan suci ini tidak bergema ditelinga kalian. Hentikan permusuhan. Saya sudah mendengar semua cerita Frans tadi, dia bilang dia membuat kesalahan fatal pada kalian. Saya tidak ingin menyebut apa yang terjadi. Intinya saya ingin menyampaikan suara hati Frans. Mamanya baru saja meninggal, kini dia sudah sadar. Dia tidak berhenti menangis dari tadi di Musholah Bapak. Dia berfikir semuanya sudah hilang termasuk kalian para sahabatnya. Maka dari itu Bapak ingin menolongnya dengan kalian yang harus terus sahabatan. Karena kewajiban kita sebagai seorang sahabat mengingatkan sahabatanya bukan menjauhi tanpa sebab dan menudingnya ”
“Maaf saya sudah lancang berbicara ini kepada kalian. Inilah faktanya tentang anak ini Frans. Dia sudah kembali kepada jalan yang benar. Dia sudah berjanji bahwa mengehntikan semua perbuatan nakalnya. Saya terkejut dengan janjinya yang tajam. Saya takut dengan janji seperti ini, tetapi saya tidak bisa menghentikannya. Saya melihat dari matanya dia bersungguh-sungguh. Jadi saya memutuskan menolongnya. Apakah dengan semua kejadian itu kalian memaafkannya?”
Dengan segala pertimbangan Dino dan Angel menghampiri Frans dan memaafkan dirinya yang masih beruduka. Semua hidup ini tidak berarti tanpa adanya orang yang tulus bersama kita. Jangan menyia-nyiakan selagi dia masih berada di dunia.
“Kami memaafkanmu” ucap Dino memeluk sahabatnya.
“Iya, kami memaafkanmu” sambung Angel.
“Terimakasih kalian para sahabat terbaikku” Balas Frans dengan penuh sesal.
Hello there,
My name is Aly and I would like to know if you would have any interest to have your website here at penfighters.com promoted as a resource on our blog alychidesign.com ?
We are in the midst of updating our broken link resources to include current and up to date resources for our readers. Our resource links are manually approved allowing us to mark a link as a do-follow link as well
.
If you may be interested please in being included as a resource on our blog, please let me know.
Thanks,
Aly