Kavling Surga

Oleh: Lutfy Fajar Hudayah

Jarosh berdering sebanyak tiga kali tanda waktu belajar telah selesai. Kami berlarian keluar dari madrasah menuju ke asrama. Saat nya tidur wajib khailullah, tidur menjelang sholat dzuhur. Kedengarannya memang aneh, tidur wajib. Tapi memang begitulah. Para santriwati lari berhambur seolah tak sabar menyentuh bantal dan kasur. Tidur adalah hal paling istimewa bagi kami. Jadwal yang padat dan waktu tidur yang terbatas membuat kami menjadikan tidur adalah hobi. Apalagi ini adalah bulan romadhon. Kami seolah memprioritaskan tidur di bulan romadhon, karena tidur nya orang berpuasa adalah ibadah. Dipan ku berada paling atas, aku sengaja memilih dipan bertingkat paling atas itu agar lolos dari incaran dewan santri keamanan yang sedang berpatroli membangunkan kami untuk sholat berjama’ah, bersekolah, ataupun kegiatan wajib lain nya. Aku pun sering selamat dari jangkauan serigala pondok itu. Ya, kami menyebut keamanan pondok bak serigala.

Adzan sudah berkumandang sedangkan aku masih berjalan santai menuju pancoran wudhu. Nama ku pun sudah menjadi langganan catatan takmir musholla sebagai santriwati paling sering masbuk sholat berjama’ah. Namun kali ini mereka tidak akan mengeluarkan ceramah beserta dalil dalil nya lagi karena aku sudah mempunyai senjata untuk meluluhkan mereka dengan rayuan mautku “Laa taghdob atuh lah ukhti. kan lagi puasa, pahalanya angus loh…”. takmir musholla hanya tersenyum sambil mencubit gemas lengan ku.

***

Sore ini di seluruh penjuru asrama terdengar merdu lantunan ayat suci Al-qur’an. Ada yang sedang tadarus, menghafal dan ada pula yang sedang muroja’ah. Aku pun berjalan ke tepi sungai yang terletak di samping musholla. sungai ini adalah sungai buatan yang menjadi pemisah antara kawasan santri putra dan santri putri. Ini adalah tempat terfavorit hampir seluruh santri putri. Suasana yang tenang, angin yang sejuk, pohon beringin yang rindang serta hamparan bunga teratai berwarna merah muda itu semakin memperindah pemandangan membuat kami semangat belajar, menghafal ataupun menghabiskan waktu luang di tempat tersebut. Baru saja ku selonjorkan kaki ku menikmati sore ini, sudah terdengar pengumuman dari sekertariat asrama bahwa seluruh santri putri harap berkumpul di aula. Sudah bisa ku pastikan bahwa kami dapat kiriman lagi dari berbagai donatur. Ya, memang sudah menjadi tradisi selama bulan romadhon kami mendapat banyak sekali bantuan dari berbagai perusahaan, warga sekitar pemukiman pondok, anggota dewan serta pejabat di kota tempat pondok pesantren kami ini. Ada yang memberikan dana bantuan, buku dan alat tulis, serta makanan untuk berbuka puasa. Dengan sedikit malas aku berjalan menuju kantor sekertariat. Sudah ku lihat panjang barisan santri putri berdiri dari ruang sekertariat hingga gerbang utama asrama kami. Jarak yang cukup jauh anatar sekertariat dan gerbang asrama tak begitu menjadi masalah bagi kami. Kami biasa berbaris dan melakukan estaped agar mempermudah dan menghemat tenaga kami.

Tumpukan kardus kiriman dari kejauhan terlihat sangat banyak, kami pun semakin semangat untuk segera menyelesaikan estaped sore ini agar tidak antri mandi, tidak terlambat untuk persiapan berbuka puasa serta tidak masbuk untuk sholat maghrib berjama’ah. Pada bulan romadhon seperti ini, segala bantuan dan makanan sangat berlimpah ruah. Hal ini pun mempermudahkan ibu kepala dapur yang setiap hari harus memasak untuk ratusan santri putri di pondok pesantren ini.

***

Waktu berbuka puasa kurang 20 menit lagi. Dewan keamanan pondok sudah berpatroli keseluruh penjuru asrama agar kami tidak terlambat ke dapur untuk berbuka puasa. Murottal Al-qur’an sudah berkumandang dari speaker dapur umum dan para santri putri duduk berjajar rapi sambil menunggu waktu berbuka tiba. Ada yang berbincang bincang, dan ada pula yang berkomat kamit seraya bermuroja’ah. Pengurus dapur tampak sibuk berjalan membawa bungkusan kotak nasi pemberian para donatur, berkeliling membagikan kepada barisan panjang santri putri. Aku berlarian kecil sambil menenteng keranjang peralatan mandi ku agar tidak terkejar oleh dewan keamanan yang sedang berpatroli. Bersyukur sekali ada mahmudah, teman sekamar ku yang berasal dari manado sudah menyiapkan satu shof bersebelahan dengan nya. Waktu berbuka hampir tiba, kami melantunkan senandung menjelang berbuka puasa. sudah terhidang sekotak nasi dan sepiring takjil pemberian donatur hari ini, Alhamdulillah…

***

Hari ini adalah romadhon ke sembilan dan aku sudah tidak sabar menanti besok karena besok adalah hari perpulangan libur romadhon. Sudah ku siapkan koper ku semenjak dua hari yang lalu. Rasa rinduku kepada keluarga sudah tak terbendung. Ku khayalkan berbagai masakan dan jajanan kesukaan ku ketika dirumah dan sudah kubuat kan daftar menu makanan yang akan ku santap setiba nya di rumah besok. Kegiatan yang padat membuat hari hari berlalu begitu cepat. Ummu aisyah, pengelola asrama santri putri tampak berjalan bersama serombongan ibu ibu berpakaian seragam menuju aula. Tampak beberapa dewan santri berjalan pula di belakang nya sambil mendorong tumpukan kardus di atas trolly. Selang beberapa menit terdengar pengumuman yang mengarahkan kami untuk segera berkumpul di aula. Kami berjalan dengan sedikit lemas namun dengan hati yang ikhlas karena tidur kami harus merelakan waktu tidur siang kami di renggut lagi. Para santri sudah duduk memenuhi aula. Salam serta sambutan tanda bahwa acara mendadak siang ini telah di mulai. Aku takjub dengan kegiatan bersedekah di bulan ramadhan ini yang seolah tak ada jeda nya setiap hari selalu berdatangan di pondok pesantren kami. Acara siang ini pun telah usia dan kami berjajar rapi untuk bersalaman dengan para ibu ibu tersebut. ada tumpukan bingkisan dan terselip amplop putih berisi uang ketika kami berjabat tangan. Suasana terasa khitmad dan tak henti nya kami bersyukur atas kepedulian para donatur yang berlomba lomba menyedekahi kami di bulan suci ini. Subhanallah…

***

Puluhan mobil sudah terparkir rapi di halaman depan gerbang asrama putri untuk menjemput anak anak nya. Para wali santri sudah mulai berjalan menuju aula untuk mengikuti pertemuan wali santri. Aku berdiri dengan semangatnya sambil melihat dimana keberadaan abi ku. Kami pun seolah tak sabar menunggu pertemuan wali santri selesai agar kami bisa bertemu orang tua dan segera pulang kerumah.

30 menit berlalu, tampak abi di kerumunan wali santri berjalan keluar aula. Aku sudah bersiap dengan koper ku dan bergegas menuju abi. Abi menyambutku dan aku sudah tak sabar ingin segera pulang. Di tengah perjalanan ku ceritakan semua kegiatan yang ku lakui di asrama dan banyak nya sedekah yang setiap hari berdatangan. Ayah memuji serta menasihati ku agar kelak juga bisa melakukan hal yang sama.

Hari nya panas dan perjalanan pun macet. Kerongkongan ku terasa kering dan ku alihkan dahaga ku dengan menikmati perjalanan seraya melihat ke arah jalan. Di seberang jalan ku lihat seorang ibu separuh baya berjualan koran sambil menggendong balita perempuan yang sedang tertidur di tengah hari yang panas ini. Hati ku terenyuh melihat hal tersebut dan segera ku senggo lengan abi. Abi pun tersenyum seolah faham maksud ku. “Mau beli koran?” tanya abi pada ku. “Enggak bi. Kasihan itu ibu ama dede nya…”. Abi pun menanggapi dan bercerita tentang kisah serta amalah amalan di bulan ramadhan.aku sangat berantusias dengan cerita abi sehingga memotivasi disiku untuk berbagi kepada saudara yang membutuhkan. Kini sudah 2 jam perjalanan, tak terasa kami sudah tiba di rumah. Ku lihat dari jauh ummi dan adik sudah duduk di teras rumah seolah menuggu kedatangan kami. Aku semakin bersemangat dan tidak sabar untuk masuk ke dalam rumah agar bisa melepaskan segala rindu. Bercegkrama hingga tidur sambil menunggu waktu berbuka tiba.

Waktu berbuka telah tiba, ummi sudah menyiapkan segalanya. Abi memimpin do’a berbuka dan mengingatkan kami agar tidak makan berlebihan, kami pun menyantap khitmad dan penuh rasa syukur. Seusai berbuka abi pun pamit untuk pergi ke masjid untuk sholat berjama’ah sambil membawa beberapa kotak berisi sayuran masak dan lauk. Rasa penasaran ku pun timbul dan segera ku hampiri abi sambil berjalan menuju garasi abi seolah mengerti maksudku namun dengan lembut berkata “Nanti aja tanya nya ya, abi nanti masbuk loh sholat maghrib nya. Assalamualaikum…” pamit abi. Aku pun hanya terbengong dengan penuh rasa penasaran. Ummi menghampiri ku dan menjelaskan bahwa abi membawa makanan tersebut untuk para bapak bapak yang sedang beriktikaf.

***

Pukul 2 siang hari ini abi dan ummi mengajak kami pergi berbelanja ke sebuah toko alat sholat. Ummi pun menyuruh kami untuk berpakaian yang rapi, Disana abi dan ummi membeli mukena, sajadah, tasbih sarug dan peci dalam jumlah yang banyak namun aku masih bekum mengerti serta masih bertanya tanya untuk apa membeli alat sholat sebanyak itu. Seusai berbelanja, di mobil ku tanyakan kepada orang tua ku untuk apa membeli sebanyak itu. Abi hanya tersenyum dan ummi tampak sibuk menelpon seseorang dengan serius. Tibalah kami di sebuah panti asuhan, dan aku mulai mengerti apa maksud tujuan abi dan ummi berbelanja sebanyak itu. Tak lama kemudian datanglah sebuah mobil yang tertulis nama sebuah rumah makan. Ada beberapa pengurus panti asuhan itu datang menyambut dan sebagian membantu para petugas chatering menurunkan serta menyusuh kotak makanan tersebut. Kegiatan di mulai. Sambutan, salam dan rangkaian acara berjalan lancar hingga waktu berbuka tiba, kami menyantap makanan dan kemudian sholat maghrib, isya dan tarawih berjama’ah. Acara usai, aku pun senang dengan kegiatan yang mengejutkan hari ini.

Dalam perjalanan pulang, aku melihat seorang bapak yang sudah tua duduk bersender di gerobak sayuran, namun tampak sayuran nya sudah layu dan belum habis terjual. Wajahnya tampak pucat dan sangat lelah. Ku senggol tangan abi memberikan signal ke arah bapak tua tersebut. Abi mengert maksud ku dan menepi ke arah bapak tua itu. Aku meraba ke arah tas ku. Ku ingat ahwa aku dapat seamplop berisi uang dari ibu ibu donatur ketika di pondok beberapa hari sebelum pulang kerumah. Aku bergegas turun, berbasa basi dan membeli beberapa ikat sayur yang sudah layu itu. Bapak tua itu tampak senang dan segera ku keluarkan sejumlah uang. Bapak tua itu merogoh tas pinggang nya untuk memberi kembalian dari uang belanja ku, namun aku menolaknya dengan sopan serta ku salami dan ku selipkan amplop itu ke tangan beliau. Bapak tua itu pun mengucapkan terimakasih dan mendoakan ku. Aku merasa senang dan sangat terharu sekali. Mendapatkan banyak pelajaran untuk berderma di bulan ramadhan, tidak hanya menerima sedekah dari para donatur ketika di pondok, melihat abi dan ummi berbagi dengan anak yatim, namu aku pun turut bisa berebut kavling surga di bulan ramadhan ini, Alhamdulillah.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *