Oleh: Khoiru Allam Syadia
Hari yang ramai. Memang wajar saat itu sudah memasuki bulan puasa. Jalanan begitu ramai banyak sekali orang orang yang sedang menjajakan jualanya pada orang orang. Dari kejauhan aku meliat pemandangan itu mengingatkan tentang betapa cerianya diriku saat masih kecil dulu. Kini aku sudah dewasa. Umur 23 tahun dan berkerja sebagai seorang karyawan di salah satu perusahaan ojek online ternama.
Tiba tiba handphoneku berdering menerima sebuah panggilan. Saat kulihat, ah ternyata sahabatku Adit ia berkata“Ris abis ini lo mau ngabuburit dimana ? gua abis ini mau berangkat ke masjid Al Huda, Eh ya beliin nasi goreng ya? Abis terawih kita makan bareng, tenang, nanti gua ganti uangnya” setelah itu langsung kuiyakan permintaan sahabatku itu. Tanpa kusadari sekarang sudah jam lima sore tanpa menunggu lama aku langsung mencari makanan untu berbuka puasa nanti.
Ahkhirnya aku menemukan incaranku. Sebuah warung makan nasi goreng spesial. Aku pun segera memesan dua porsi nasi goreng spesial dan dua kantong es teh, satu untukku satu lagi untuk Adit. Setalah pesananku siap, segera saja aku berangkat kemasjid untuk berbuka. Namun sesampainya di Masjid Al Hikmah untuk berbuka. Disana aku melihat seorang anak kecil. Saat kulihat wajahnya tampak sedih.
“Dik, kenapa kok kelihatan bingung gitu?” ujarku penasaran. Perlahan-lahan wajahnya menoleh kearahku.
Dengan sedikit menahan tangis, dia menjwab “hiks… tadi pas pembagian takjil habis TPA, aku gak dapet” ujarnya sambil memasang raut muka sedih. Saat kutanya takmir masjidnya, apakah masih ada makanan takjil yang tersisa, mereka menjawab hanya tersisa teh manis yang bisa mereka sediakan. Aku segera mengambil segelas teh dan membawanya ke anak kecil tadi.
Lalu terdengarlah suara adzan. Segelas teh yang kuambil tadi langsung kuberikan ke anak kecil tadi. Dia berterimakasih kepadaku. Wajahnya tampak senang. Aku pun turut senang.
Anak kecil itu melihat kresek hitam di sampingku yang berisi dua bungkus nasi goreng. Melihat kejadian itu hati kecilku berbisik kukasih aja sekalian, nanti juga bisa beli lagi. Lalu aku memberinya sebungkus nasi goreng itu. Dia pun berterimakasih dan langsung pergi meninggalkanku begitu saja.
Seusai solat maghrib aku segera mencari warung nasi goreng. Namun sayang tak kutemui satu pun warung nasi goreng yang buka. Terdengalah suara adzan. Segera kuberangkat ke masjid Al Huda. Disana aku bertemu Adit aku pun menceritakan kejadian barusan kepadanya. Dia hanya bisa menjawab “Yaudah gak usah dipikir, nanti juga lo dapet balesanya kok”.
# # #
Hari demi hari kulewati sebagai karyawan ojek online. Tibalah hari raya Idul Fitri seluruh karyawan dibolehkan cuti untuk beberapa hari. Pagi itu seusai solat Idul Fikri aku berencana untuk bersilturrahmi ke kerabat dekatku. Namun, tiba tiba ada seorang gadis berlari menghampiriku.
“Mas! Mas! Tunggu! Tolong anterin saya” teriaknya. Ternyata saat itu aku memakai jaket karyawan yang biasa kupakai untuk bekerja.
“Maaf Mbak, hari ini saya cuti” jawabku. Namun ia tetap memaksa. Dia memohon mohon di depanku. Dengan terpaksa aku harus mengantarnya, karena katanya ia sedang buru-buru untuk berangkat mudik menggunakan kereta dan jadwal keberangkatanya tinggal beberapa menit lagi.
Sesampainya di stasiun gadis itu langsung turun dari motorku. Aku berkata “Mbak tarifnya dua puluh ribu” ia langsung mengambil uang dan memberikanya padaku. Saat kulihat, uang yang ia berikan ternyata sebesar dua ratus ribu rupiah. Sotak aku terkejut. Segera kucari gadis tadi. Namun dirinya menghilang di tengah keramaian. Aku berfikir mungkin inilah balasan yang dimaksud Adit sahabatku waktu itu.
TAMAT