Oleh: Mamluatun Ni’mah
Jambu santren, desa kecil lukisan Tuhan di atas permadani dunia yang indah. Saatnya bulan Ramadhan memasuki kehidupan insan muslim penghuni lukisan tersebut. Mereka berbondong-bondong dalam menyemarakkannya. Khoir, sebuah nama disematkan pada diriku oleh bapak dan ibu dengan harapan aku selalu berbuat baik kepada semua orang tanpa memandang status. Hidupku menjadi indah dengan hadirnya seorang sahabat, sebut saja dia Ayu. Ayu adalah tetangga samping rumahku. Setiap bermain, sekolah dan mengaji kita selalu bersama. Sebuah nikmat yang tak pernah ku lupakan. Ketika aku dan Ayu pulang sekolah, kita membelokkan motor butut ke rumah suci, tidak sengaja aku melihat seorang pria seusiaku sendirian dan melinangkan air mata begitu deras.
“Ay, lihat tuh ada cowok nangis, sendirian mana barang di tasnya berkeliaran lagi” Ucapku dengan nada lirih sambil mengambil mukenah dari jok motor.
“Ya elah… udah dong Ir nggak usah dipikirin, lagian cowok kok nangis nggak maco bingit deh” Tukas Ayu dengan wajah lesu, loyo sambil menggendong ransel yang gemuk
“Ih… Ayu nggak boleh gitu, mungkin aja dia butuh siraman rohani, kita samperin yuk” Gumamku sambil menarik tangan Ayu
“Huffft, terserah nyonya aja deh”
“Kamu nih apaan sih”
Kita langkahkan kaki ini pelan-pelan sambil menahan hati yang berdebar.
“Assalamu’alaikum akhi, ini selembar tisu untukmu” Ucapku dengan menggerakkan tangan ke dia.
Tisu tersebut diterima dan diusapkan ke wajah. Suasana tegang menjadi tenang dengan berhentinya pria itu meneteskan air mata. Aku dan Ayu duduk di sampingnya, sebuah percakapan kumulai dengan nada yang gagap.
“Ma.. af a.. ku ngganggu, kamu kenapa nangis dicuaca yang cerah ini alangkah indahnya sholat terlebih dahulu, lalu curahkanlah isi hatimu kepada Allah, apalagi inikan bulan yang suci pasti Allah mengabulkan doamu” ku tumpuk tanganku di atas ransel.
“Nggak ada apa-apa kok, aku hanya tidak percaya aja bagaimana semua ini bisa terjadi padaku” Ucap pemuda dengan nada lirih sambil mengusap wajah yang basah.
“Emmm, bagaimana kalau kita bertiga sholat dulu nanti kalau kamu ingin bercerita sehabis sholat gimana?”
“Baiklah mbak”
Kita bangkit mengambil air wudlu kemudian bergegas bermunajat dan mengadu kepada Allah. Selesai sholat, aku, Ayu dan pemuda tersebut duduk di teras surau Al-Azhar yang terletak di samping kampungku.
“Tenangkanlah dirimu wahai akhi, kau boleh cerita apapun kepada kami” Kataku dengan nada santai
“Iya silahkan” Ucap Ayu dengan nada kalem dan asyik mengeluarkan ponsel dari tas
“Begini mbak kemarin ibuku tuh meninggal dunia, padahal aku berharap malam Ramadhan pertama aku bisa menikmati dengannya, tapi Allah tidak menyukai rencanaku, Allah tega melihat aku begini hati hancur, fikiran yang nggak tenang dan membiarkan aku sendirian itukah keadilan Allah” Ucap pemuda dengan menundukkan kepala sambil menurunkan air mata begitu deras
“Wahai saudaraku, sesuatu yang bernyawa pasti akan mati, begitupun kita masih memiliki sebuah tarikan nafas kelak akan berhenti dan kalau waktu sudah pas kamu pasti ketemu sama ibumu. Sudahlah sekarang jangan sedih, kamu harus bangkit karena kita harus menyemarakkan bulan suci ini jangan hanya linangan air mata tak berfaedah yang kau pelihara. Ibumu pasti ada disampingmu ok” Ucapku dengan nada merayu
“Baiklah mbak aku akan berusaha menikmati hidup ini” Katanya sambil mengusap air yang berlinang
“Btw, abis sekolah sibuk nggak?”
“Nggak, emangnya kenapa?”
“Begini, kita setiap pulang sekolah selalu mengisi rasa haus rohani kita di majlis Jannah di depan masjid ini, itu tempatnya jadi dapat siraman sehingga apa yang dijalankan semuanya mengalir dengan lancar. Mungkin kamu bisa join[1] dengan kita, ya nggak Ay?” Sambil menunjukkan tangan kearah majlis
“I,,,,,, iya-iya” Asyik memegang ponsel
“Boleh juga, eitss ngomong-ngomong kita belum kenalan nih, namaku Darren, nama kalian siapa?”
“Namaku Khoir dan dia temanku Ayu” Sambil menunjuk badan Ayu
“O… iya. Kalian bukannya anak IPS ya?” Tanya Darren sambil mengemas barang-barang diluar tas.
“Bener sekali, kamu anak SMA Insan Mulia juga, kok aku nggak pernah lihat kamu di sekolahan sih”
“Iya aku anak MIPA”
“Waduh.. calon dokter nih” Tukasku dan Ayu dengan tertawa
“Bisa aja kalian, amin semoga aja” Sambil tersenyum lebar
“Ok, nanti jam 3 kamu langsung saja kesana ya”
“Ok, terima kasih ya kawan-kawanku atas siramannya. Aku pasti datang”
“Ir, cepat dong pulang capek nih” Sibuk main ponsel
“Iya Ay bentar” Sambil memakai sepatu
“Bye[2]” Ucapku dan Ayu dengan melambaikan tangan
“Too[3]”
Jarum jam menunjukkan pukul 03.00 sore, aku dan Ayu bergegas menuju majlis-Mu, kusandarkan motor bututku dibawah pohon yang rindang. Tak lama kemudian mogepun menyusul di belakangku, lalu disanggakan dengan jagangnya.
“Ir, aku duluan ya soalnya ada temanku disana sudah lama tak bertemu” Lari sambil membawa buku
“Ok, Ay entar aku nyusul”
“Hai, langsung masuk aja nih atau gimana”
“Langsung saja dan don’t forget[4] ucapkan salam ya”
“Ok, nyonya”
Kulangkahkan kaki ini demi siraman rohani dari seorang ustadz, agar aku bisa menyertakan namamu dalam gerak-gerikku ya Allah, semoga engkau meridhoiku. Semua insan telah bersiap memasang pendengarannya dengan cermat. Siraman pun dimulai.
#
Siramanpun telah berakhir, kita bertiga keluar dari majlis ngobrol sebentar seraya menunggu adzan ashar terkumandangkan.
“Guys, makasih ya berkat kalian aku bisa bisa lebih tenang sekarang dalam menjalankan hidup ini”
“Iya kasih kembali”
“Eitssss, udah ashar nih sholat yuk”
“Lets Go”
Sholat ashar pun telah gugur. Kita kembali ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan takjil yang akan disantap. Kini kita bertiga menjadi sahabat muslim jaman now, dengan adanya saling memperbaiki kekurangan dari kita menjadikan hubungan yang akrab dan harmonis.
Waktu terus berputar, suatu hari Darren berjumpa dengan sosok wanita bernama Rani, teman lamanya yang sedang menangis dipinggir jalan karena ditinggal oleh seorang ayah yang menjadi tulang punggung keluarganya. Di situ Darren memberikan setetes embun yang menyejukkan bagi hati Rani, akhirnya dia menerima apa yang disarankan oleh Darren.
Pada saat di sekolah Khoir dan Ayu sedang asyik bermain dan diputus pelan oleh Darren.
“Guys, kita akan punya new friend[5] loh..” Dengan bahagia
“Siapa sih, pasti teman sekelas kamu ya kan?” Ketus Ayu
“Hu… salah kamu, kemarin aku tuh pulang sekolah lalu aku ketemu Rani teman sekolahku dulu, dia baru kehilangan bapaknya, sekarang tinggal sama ibunya doang. Kasihankan jadi boleh nggak kalau dia gabung sama kita?”dengan nada sok imut
“Ya elah Ren, kamu tuh pakek nanya ya boleh lah, masak gitu doang nggak boleh”ucap Ayu sambil makan jajan temannya.
“Makasih sobatku muslim jaman now, nanti pulang kita join dengannya ya”
“Ok, makin semangat aja nuntut ilmu surga”
Kita bertiga tertawa seakan dunia milik bersama, melanjutkan permainan bel masukpun berdering, saatnya melanjutkan belajar.
#
Pukul 3 sore pun turun, kita bertiga berkumpul di bawah rindangnya pohon mangga, selang beberapa menit kemudian datang seorang wanita yang bernama Rani
“Assalamu’alaikum salam kenal semuanya”
“Wa’alaikumsalam, juga” Kita bertiga serentak mengucapkan bersama seperti PBB
“Huft, Ran kenalin ini Khoir dan ini Ayu kita semua akan join dan menjadi sahabat muslim jaman now” Ucap Darren dengan bahagia
“Namaku Rani, wah… senang sekali bisa bergabung dengan kalian” Gumamnya dengan ekspresi berseri
“Kita juga, eitss langsung aja kita masuk entar terlambat siraman rohaninya”
“Lets Go”
Hari begitu cepat, tak disangka ketika Rani berangkat menuju majlis Jannah, dia melihat seorang pria putih, keren dan elegan sedang duduk-duduk yang nggak jelas dipinggir jalan, sambil melamun sendirian.
Rani mendekati diajaklah ngobrol ke sana ke mari dengan akhiran dia mengajak pria tersebut untuk bangkit dari permasalahan lalu Farhan mendengarkan kata-kata yang keluar dari mulut Rani dan diapun mau diajak Rani untuk bergabung dalam majlis jannah seraya menyejukkan hati dari kegelisahan dunia.
Ketika kita berempat kumpul tak lama kemudian datanglah Farhan dengan senyuman yang indah dan join dengan kita di muslim jaman now, di situ kita saling menyebutkan nama dan bercanda sebentar. Tak lama kemudian siraman rohanipun dimulai dan akhirnya kita berlima masuk dengan memasangkan telinga secara lebar agar bisa menghayati apa makna dibalik bulan suci ini.
Dari situ aku mulai faham begitu pentingnya sebuah kebajikan yang akan membawa sejuta kemuliaan, berawal dari satu kata yang kuucapkan kini kita menjadi sahabat meskipun baru kenal. Sahabat yang saling tolong-menolong dan menegur bila ada kekurangan atau kesalahan. Bukankan Allah berkata sebaik-baiknya manusia adalah bermanfaat bagi manusia lainnya.
[1] Join adalah bergabung dalam Bahasa inggris
[2] Bye adalah selamat tinggal dalam Bahasa inggris
[3] Too adalah juga dalam Bahasa inggris
[4] Don’t Forget adalah jangan lupa dalam Bahasa ainggris
[5] New Friend adalah teman baru dalam Bahasa inggris