Oleh: Sri Indah Ayu Damayanti
Puasa baru seminggu aku merasakan lelah tak berdaya, puasa tahun ini memang berat sekali apalagi dikampus ada perbaikan pintu belakang jadi harus lewat pintu utama, terasa berat sekali andai saja aku punya pacar pasti ada yang ngantar kalau ke kampus.
“Capeknya” aku mengeluh pada teman-temanku yang ada dikelas
“Iya panas juga hari ini” Jawab temanku yang duduk di bawah AC
Aku kira hanya aku saja yang mengeluh ternyata ada yang lebih parah dariku, Dewi temanku membeli air dingin di kantin kampus, gila dalam fikirku dia tidak lagi datang bulan tapi dia minum air dingin.
Tiba-tiba rasa panas itu berubah menjadi dingin, kakak senior yang aku kagumi masuk dalam kelas mungkin cari AC kaliya. Hatiku rasanya beterbangan kemana-mana biasanya aku hanya bisa melihatnya dari jauh namun kali ini sangat dekat sekali.
“Raniya” sapa orang yang gak aku kenal. “Siapa?” Tanyaku sambil menatapnya. “Kamu gak ingat sama aku” Laki-laki itu mendekat padaku. “Gak kenal” jawabku singkat dengan tatapan sinis. “Ini aku Romi, kamu lupa sama aku” ucap laki-laki itu meyakinkanku. “Aku gak punya teman yang namanya Romi” Jawabku singkat.”Iya memang kita gak pernah kenal. Tapi kamu dulu pernah tanya soal aku” Kata laki-laki itu. “Benarkah. Kapan?. Aku rasa gak pernah. Jangan bohong kamu” Kataku sambil meninggalkannya.
Aku langsung pergi dari kelas itu, laki-laki asing itu membuatku jengkel. Gara-gara dia aku gak bisa memandang kakak senior dari dekat lagi. Aku naik ke kelas atas dengan langkah yang sangat berat, aku mulai kepanasan dan kehausan lagi. Cobaan puasa kali ini sungguh berat sekali.
“Mau kemana Ran?” Tanya temanku Eni. “Nyari tempat yang adem” Jawabku sambil berkipas-kipas. “Buat apa?” Tanyanya penasaran. “Buat tidur” Ujarku sambil tersenyum. “Tidur di musollah aja kan adem” Jawabnya dengan nada mengejek.
Aku menuju ke musollah fakultas, sungguh nikmat tuhan mana yang engkau dustakan di musollah adem banget baru masuk langsung aku terbaring di sebelah jendela. Aku berbaring dan tertidur sangat lelap sekali.
Setelah hari itu aku selalu tidur di Musollah manapun. Tempat yang membuatku menjadi tenang dan nyaman, tidak ada orang yang mengusikku.
Sore hari
“Kolaknya ayo dibeli kolaknya” teriakku sangat kencang
Aku menjual kolak tiap sore hari itung-itung buat nyari uang tambahan buat jajan, aku juga jarang pulang ke rumah karena aku suka mabuk kendaraan jadi kalau pulang kalau ada tumpangan aku akan pulang.
“Tinggal dikit nih” ucapku. “Taruh aja di musollah” Saran Caca “Di jual di musollah” Kataku sambil menata kolak. “Duh. Oon babget sih di amalin di musollah buat orang takjil dari kemarin habis terus kolaknya itung-itung buat sedekah” Jawab Caca. “Tinggal lima ini kan sayang” Kataku dengan nada tidak mau. “Sayang katamu” Ujar Caca dengan nada tinggi. “Iya” jawabku ringan
“Aku tanya setiap kali kalau kamu lelah biasanya nimbrung dimana?”
“Musollah kampus”
“Terus kalau capek dijalan biasanya istirahat dimana?”
“Musollah” Jawabku dengan nada datar. “Musollah tempat singgahanmu setiap hari dan kamu bilang kalau kamu bilang sayang kolaknya ditaruh di musollah” Ucap Caca sambil marah-marah. “Iya nih udah mau pulang. Aku taruh di musollah nanti” Jawabku dengan suara rendah. “Ikhlas gak ni” Tanya Caca. “Ikhlas” Ujarku dengan tersenyum.
Aku membereskan semua daganganku dan pulang. Aku menaruh semua kolakku ke dalam musollah. Bodohnya aku yang gak tau rasa bersyukur pada Allah SWT. Selama ini aku jarang bersedekah ke siapapun.
Pagi hari dikampus
Laki-laki asing itu ada dikampus lagi, aku langsung berbalik arah lewat pintu belakang. Saat berjalan aku berfikir siapa laki-laki itu dia mengenaliki tapi aku tidak kenal dengannya. Apa jangan-jangan cuma pura-pura kenal dengan ku pasti dia Modus.
“Dek” panggil seseorang
Aku menoleh kebelakang ternyata itu kakak senior yang aku taksir dia berjalan mendekatiku aku hanya terdiam kakiku rasanya tidak bisa digerakan sama sekali.
“Ini dari Romi” Kata kakak sebio sambil memberikan sebuah lipatan kertas. “Romi siapa kak” Jawabku dengan tersenyum. “Laki-laki yang kemarin” Ujar Kakak Senior. “Makasih kak”
Kakak senior langsung pergi begitu saja, aku memandanginya sampai kakak senior tak terlihat. Aku baru tersadar di tanganku ada sebuah kertas, kubuka kertas itu. Ada selembar foto dan lingkaran merah di salah satu wajah itu, aku baru teringat kalau aku pernah tanya orang itu pada temanku. Ya anpun bisa-bisanya aku lupa dengannya.
“Kenapa tiba-tiba orang ini minta tolong ya” Aku bicara sendiri sambil berjalan.
Jum’at pagi aku pergi ke lebun raya untuk menemui laki-laki itu, aku berjalan dari kos. Jarak kos dengan taman itu sangat jauh. Terlintas di pikiranku ngapain aku datang ke taman itu kenapa aku tidak menyuruuhnya untuk datang ke kosku saja. Bener-bener bodoh haeusnya aku gak mau puasa-puasa gini jalan ke taman itu.
Aku duduk di kursi taman “Lama banget sih gak datang-datang” Gumamku kesal. “Raniya” Panggila laki-laki itu. “Lama banget” Jawabku kesal. “Maaf Ran. Udah dari tadi ya” Kata Laki-Laki itu dengan wajah Sendu. “Udah tau pakai nanya” Ucapku jutek. “Maaf” sambil duduk dibawah. “Mau minta tolong apa cepat katakan. Aku gak bisa lama-lama nanti keburu siang jadinya panas” Ujarku dengan wajah yang super marah.”Aku mau bicara panjang sama kamu” Katanya. “Jangan panjang-panjang. Katakan intinya aja” Kata ku dengan wajah yang datar. “Gimana kalau nanti sore aja aku bicara sama kamu sekalian buka puasa gimana” Sarannya sambil membujukku. “Gila ya kenapa gak ditulis aja di surat itu” Kataku dengan nada yang keras. “Ya maaf aku gak tau”
“Aku balik dulu”
“Nomer kamu dong”
“Mana hapenya”
Aku langsung meninggalkan laki-laki itu tanpa melihat wajahnya. Aku berjalan cepat karena matahari sudah mulai panas dan aku mulai merasa haus. Seperti biasa aku melihat musollah aku langsung masuk dan beristirahat sebentar waktu dhuhur juga sudah dekat aku sholat di Musollah itu setelah sholat aku berbaring dan ketiduran di Musollah itu.
Terdengar suara adzan aku langsung ambil air wudhu dan berjamaah setelah itu aku langsung lari menuju ke kos. Aku berlari sangat kencang sepertinya energiku telah kembalo setelah tidur di Musollah tadi.
“Siapa yang mandi” tanyaku setelah sampai di kos. “Gak ada” Jawab salah satu penghuni kos. “Oke aku yang mandi ya” Ujarku sambil mengambil handuk. “Dari mana dari tadi pagi kok baru balik sekarang” Tanya Caca teman kos ku.
Aku tidak menghiraukannya aku langsung masuk ke kamar mandi. Saat di kamar mandi terlintas dibenakku kenapa aku buru-buru mandi, padahal laki-laki itu gak begitu penting juga. Aku menghela nafas apa yang sebenarnya yang telah terjadi padaku.
“Tadi seperti kereta api yang melaju sekarang kok kayak kertas kusut sih” Tanya Caca sambil meledekku. “Aku juga gak tahu. Rasanya aku mau ke dokter kejiwaan apakah diriku ini normal atau sudah gila” Jawabku datar. “Ngomong apa sih” Kata Caca. “Aku juga gak tahu aku ngomong apa” Jawabku sambil memvanting diriku.
Aku langsung membanting diriku ke kamar dan menutup mataku. Tiba-tiba suara hp ku bunyi. Aku lihat itu nomer yang belum aku save.
“Siapa” Tanyaku “Ini aku Romi” Jawab Romi. “Ada apa” Jawabku Cuek. “Aku sudah di depan kampus kamu” Kata Romi.
Aku bimbing Romi untuk menuju ke kosku disela itu aku memakai make up dan bajuku. Sampai di depan kosku aku langsung turun ke bawah.
“Kemana?” Tanya Caca. “Kencan” Jawabku sambil tersenyum. “Serius mau kemana” Tanya caca dengan ekspresi datar. “Buber sama temen, berangkat dulu yah” Jawabku.
Laki-laki itu tersenyum padaku, akupun membalas senyumannya. Rasanya seperti dijemput pacarku saja rasa senang yang aku rasakan saat ini. Kami menuju ke rumah makan yang ada di dekat kampus sambil menunggu maghrib dia terus bercerita. Ternyata dia memintaku untuk berpura-pura menjadi pacarnya untuk acara di kantornya, sebenarnya tidak begitu nyaman tapi sekali-kali bantu orang.
“Ini langsung pulang atau kemana dulu. Barangkali mau kemana dulu” Tanya Romi. “Pulang aja deh, ntar tarawih di Kos” Jawabku. “Oh gitu oke”
Setelah berbuka dan sholat Maghrib kami langsung pulang, saat perjalanan pulang aku melihat bintang-bintang dilangit. Kenapa hari ini banyak bintang yang muncul di langik perkotaan biasanya jarang sekali bintang-bintang itu muncul. Hatiku terasa sangat damai banget menikmati suasana malam hari ini dan ……. SYYUUTTT BRRAAAKKKK
Sepeda motor Romi menabrak sebuah van, Romi tergeletak tepat di sebelah Van sedangkan aku terpental jauh dari tempat kejadian, aku menoleh kesamping aku tersenyum yang aku lihat adalah sebuah Musollah yang indah. Mungkin Mushollah adalah tempat dimana aku terasa nyaman dan damai, tempat favoritku jadi saksi dimana aku akan mati. Aku bahagia bisa menghembuskan nafas terakhir pada bulan Ramadhan serta hari ini Hari Jum’at hari yang barokah.